Kuliah cari nilai? Ilmu? Yang lain?

Kebanyakan mahasiswa termasuk saya, kuliah itu dengan tujuan mencari nilai jadi mahasiswa hanya terpaku dengan nilai yang tinggi. Nilai lah yang menjadi tolok ukur keberhasilan mahasiswa, sehingga mereka berjuang dengan sekuat tenaga dan dengan segala cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Termasuk dengan cara yang terlarang seperti mencontek, plagiat dan cara curang lainnya. Bagi mereka kuliah itu hanya sekedar datang, mengisi absen, mendengarkan ceramah dosen dan pulang. Itulah yang terjadi apabila mahasiswa menganggap kuliah itu sebagai tempat mencari nilai.
Sedangkan apabila mahasiswa menganggap kampus sebagai tempat mencari ilmu maka akan lain cerita. Mahasiswa tidak hanya sekedar datang  mengikuti perkuliahan dan mengisi daftar hadir. Ia akan menyimak ceramah dosen, mempelajari dan mengembangkan materi yang di dapat dari dosen, mengerjakan tugas dengan kesadaran bahwa tugas adalah tempat untuk meningkatkan dan menguji pemahaman materi bukan sebagai beban. Inilah yang justru akan mebuat mahasiswa mendapatkan nilai yang tinggi, nilai hanya sebagai akibat dari pemahaman ilmu yang telah didapat. Nilai bikanlah tujuan utama, yang utama adalah ilmu.
Mencari ilmu ibarat minum air laut. Semakin banyak minum maka semakin terasa haus. Mahasiswa tidak akan merasa cepat lelah dan bosan dengan perkuliahan. Ia justru semakin bersemangat untuk mencari Ilmu dan semakin haus akan ilmu. Pernahkah kalian menonton film 3 idiots? Film ini bisa menjadi gambaran kehidupan mahsiswa di kampus. Kebanyakan yang mereka cari adalah nilai sehingga mereka hanya terpaku pada nilai, selain itu kebanyakan mereka yang salah jurusan. Hanya mengikuti kehendak dan keinginan orang lain bukan dari diri sendiri. Tapi ada satu yang berbeda yaitu sosok rancho yang menjadikan kampus sebagai tempat mencari ilmu, ia justru mendapatkan nilai yang tinggi. Ia tidak terpaku pada buku tetapi dengan pemahaman dirinya sendiri. Ia juga tak menggunakan ijasahnya karena yang ia cari bukanlah ijasah, karena itulah pemikiranyya tidak terpaku pada nilai dan ijasah sehingga pemikirannya menjadi lebih terbuka dan berkembang. Tedak terpasung oleh nilai. Pada akhir cerita si rancho menjadi seorang ilmua hebat mengalahkan kawannya yang haal dengan segala teori yang ada pada buku tanppa pemahaman dan hanya mencari nilai.

Segala perbuatan berawal dari niat, apabila niat kuliah dengan tujuan mencari ilmu maka yang kita dapat adalah ilmu. Apabila niatnya hanya sekedar mencari nilai maka yang didapat hanya nilai. Pemikiran akan terpaku pada nilai dan sulit untuk berkembang. Itulah yang menjadi titik kesalahan kebanyakan mahasiswa.
   Menjadi seorang mahasiswa bukanlah hal yang menyenangkan seperti yang kamu bayangkan, kuliah tidak semudah seperti pada tayangan FTV ataupun film yang nampak begitu santai dan menyenangkan. Itu hanyalah gambaran semu dari kehidupan mahasiswa yang sesungguhnya. Namun kuliah juga tidak sepenuhnya menyeramkan, selalu bakalan ada cerita menarik yang akan kamu temukan saat kamu menyandang status mahasiswa. Hanya saja kamu perlu tahu bagaimana kehidupan mahasiswa yang sesungguhnya.

1.       Kuliah itu tak seperti ketika SMA


Ketika kamu SMA guru menyampaikan materi pelajaran sedetail mungkin agar sekiranya siswa dapat memahami dengan sebaik mungkin, namun kondisi ini tidak terjadi di bangku kuliah. Di bangku kuliah dosen hanya menyampaikan materi secara umum sedangkan untuk pemahaman materinya mahasiswa harus mencari sendiri materi kuliah yang disampaikan dosen  tadi. Dengan adanya perbedaan sistem pengajaran yang seperti ini banyak mahasiswa baru yang jatuh di semester pertama.

Ketika SMA biasa berangkat pagi pulang sore, kalau kuliah nggak seperti itu, kamu hanya berangkat ketika ada jadwal saja. Entah itu pagi ataupun siang, untuk jadwal kuliahnya sendiri tidak terlalu padat, sehingga mahasiswa akan punya waktu belajar mandiri yang lebih banyak. Karena pada sistem pendidikan di perguruan tinggi, berdasarkan sistem SKS di perguruan tinggi, mahasiswa belajar secara mandiri setidaknya 2 jam untuk setiap jam kuliah di kelas. Jika ada seorang mahasiswa yang mengambil 24 SKS, berarti dia harus mengikuti kuliah selama 24 jam perminggu dan melakukan belajar mandiri diluar kelas sebanyak 48 jam perminggu.

Pada kenyataannya banyak mahasiswa tidak menjalankan sistem ini dengan baik. Waktu yang dia miliki yang seharusnya digunakan untuk menjalankan sistem dengan baik justru mereka gunakan untuk sekedar bermain-main, tidur, jalan-jalan, hidup di dunia maya dan hal-hal yang kurang bermanfaat lainnya. Sistem manajemen waktu yang kurang baik ini sering kali membuat seorang mahasiswa gagal dalam bidang akademik.

2.       Waktumu adalah harta yang paling berharga

Waktu adalah sebuah hal yang lebih berharga dari uang, jabatan, dan harta apapun di dunia ini. Setiap detik waktu yang diberikan Tuhan adalah kesempatan, karena waktuterus berjalan maju, dia takkan pernah mundur. Seperti pada tebak-tebakan yang diberikan Frodo kepada Smeagol, 
“tak bergigi, tak bertaring namun sanggup memakan segalanya”. 
Cobalah renungkan betapa pentingnya waktu yang kita miliki, orang bijak berkata
Agar tahu pentingnya waktu  SATU TAHUN, tanyakan pada murid yang gagal naik kelas atau lulus.
Agar tahu pentingnya waktu SATU BULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan premature.
Agar tahu pentingnya waktu SATU HARI, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SATU JAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu pertama kalinya.
Agar tahu pentingnya waktu SATU MENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang.
Agar tahu pentingnya waktu SATU DETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.
Agar tahu pentingnya waktu SEPERSERIBU DETIK, tanyakan pada seorang yang baru saja meraih medali perak olimpiade.

Setelah tahu betapa berartinya waktu, tentu saja jangan pernah biarkan waktu berlalu begitu saja. Buatlah setiap detik waktu yang terlewati adalah sebuah manfaat. Untuk itu manajemen waktu mutlak diperlukan, atur waktu yang kamu miliki sedemikian rupa seefektif mungkin agar tak ada yang terbuang dia-sia.

3.       Membiasakan diri dengan keberagaman


Di bangku kuliah level keberagamannya tingkat nasional, bahkan internasional. Contoh saja kampus-kampus di Indonesia diisi oleh orang-orang yang datang dari seluruh pelosok negeri ini, dari Papua sampai Aceh, semuanya ada. Kalau kamu tidak terbiasa dengan keberagaman kamu ala sulit dalam bersosialisasi dan mengembangkan diri. Jangan pernah kamu membawa egomu, membawa kebiasaan-kebiasaan yang ada pada tempatmu dulu. Karena belum tentu kebiasaan yang kamu bawa itu baik bagi oranglain. Buang egomu, dan bukalah diri dengan meninggikan level toleransimu.

4.       Jaga dirimu baik-baik Nak


Pergaulan di kalangan mahasiswa dewasa ini sudahlah sangat memprihatinkan dan sudah melewati batas toleransi etika, moral dan norma. Saking parahnya ada sebuah survey yang dilakukan oleh Lembaga Study cinta dan kemanusiaan serta pusat pelatihan bisnis dan humaniora (LSCK PUBISH) pada tahun 2002 dari 1.660 responden, sebanyak 97,05% dari mereka mengaku telah kehilangan keperawanan saat masih kuliah. Fakta yang sangat mencengangkan. Betapa bobroknya moral bangsa yang konon dikenal sebagai bangsa yang religius ini.

5.       Ingat amanah orangtua dipundakmu



Setiap rupiah  yang kamu gunakan untuk kuliah adalah setiap tetes keringat dan airmata orangtuamu. Mereka berharap agar kamu kelak menjadi orang yang berguna, orang yang berilmu dan berbakti kepada mereka. Ketika kamu lelah dengan tugas yang tidak ada habis-habisnya, ketika kamu merasa malas dengan kuliahmu, ketika kamu kehilangan semangat untuk mencari ilmu. Ingatlah orangtuamu yang sudah bersusah payah untuk membiayaimu. Kuliah memang sulit, namun lebih sulit lagi orangtuamu yang membiayai kuliahmu.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »