IBU

IBU


Dear my mom
Ibu terimakasih atas semua doa yang kau panjatkan untukku
Terimakasih sudah meneteskan air mata untukku
Terimakasih sudah merawatku membesarkanku sampai sejauh ini
Ibu
Maafkanlah anakmu ini yang meninggalkanmu ke perantauan
Demi mewujudkan impian impianku
Di antara semua impian itu, impian terbesarku adalah membahagiakanmu Ibu
Kadang aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri
Padahal engkau di rumah sangat merindukanku hingga engkau menelfonku
Maafkan anakmu ini yang telah di butakan oleh perantauan
Mengabaikan telfonmu bahkan tak membalas pesan untukmu
Aku ingin segera pulang Ibu
Akan segera ku selesaikan urusanku disini secepatnya
Sehingga aku bisa menemuimu
Mengobati rasa rinduku dan rindumu yang selama ini di pendam

Ibu adalah orang yang pasti merindukan kita di saat perantauan, mungkin juga orang yang paling kita rindukan saat di perantauan. Di perantauan kita bisa mendapatkan orang yang menjadi pengganti sahabat atau teman-teman yang kita tinggalkan. Tapi di perantauan kita tidak pernah mendapatkan orang yang benar-benar bisa mengganti kasih sayang ibu. Meskipun di perantauan kita bisa menemukan sosok ibu-ibu kos yang seperti ibu.
Tapi meski dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh, rumah dan perantauan. Kasih sayang ibu tak pernah putus. Memang tidak bisa kita lihat secara langsung dan kita rasakan langsung. Dalam doanya ibu pasti menyebut nama anaknya di perantauan. Tidak perlu lagi di ragukan kemujaraban doa ibu, Tuhan pasti mendengarnya. Tidak perlu lagi di ragukan lagi ketulusan doa ibu, air matanya pasti menetes saat mendoakan kebahagiaan anaknya. Mungkin kita memang tak pernah mendengar doa ibu sebagai bentuk kasih sayang ke anaknya. Tapi aku yakin jika aku mendengar rintihan doa yang dipanjatkan untukNya aku juga pasti akan menangis.
Jika ditanya siapa orang yang paling sering menanyakan kabar kita di perantauan, pasti ibu ada di nama teratas yang paling sering menanyakan kabar dan mengkhawatirkan keadaan kita. Tapi kadang ketika dia menelfon, kita tak langsung menanggapinya sperti ketika dosen menelfon. Malah justru kadang mengabaikannya. Tapi ibu tak pernah lelah untuk menelfon dan menanyakan kabar.
Jika kita sakit di perantauan, orang yang paling khawatir adalah ibu. Jika kita sedih karena kegagalan kita, ibu lebih sedih karena melihat anaknya gagal. Jika kita bahagia karena keberhasilan kita, ibu juga akan lebih bahagia karena melihat anaknya bahagia. Aku pernah mendengar dari kata ibuku sendiri ketika aku sakit di perantauan. Ketika aku sedang terbaring lemah dan memejamkan mata, ibuku dengan halus berkata : “ Nak, kenapa Tuhan memberimu cobaan yang bertubi-tubi seperti ini, ibu sangat sedih melihatmu sedih, jika saja cobaan itu bisa di pindahkan. Ibu siap menanggung penderitaan dari cobaan yang sedang kamu alami.” Air matanya mengucur deras membasagi tanganku yang di genggamnya. Air matanya langsung memancing air mataku keluar. Hanya itu yang bisa aku berikan sebagai jawaban bahwa aku juga mencintainya. Jika saja tanganku dapat di gerakkan, ingin aku hapus air mata di pipi ibuku, tapi malah justru dia yang menghapus air mata yang mengalir dari pipiku. Entah apa yang ada di dalam hati ibuku sehingga dia tetap menyayangiku meski seringkali aku membuatnya kecewa karena kelakuanku. Aku rasa aku takkan pernah menemukan orang yang bisa mencintaiku setulus ibuku. Dia adalah salah satu manusia yang paling berharga yang telah Tuhan ciptakan di dunia ini.
Kejadian itu membuatku tersadar akan kelakuanku yang buruk pada ibuku. Aku jarang menelfon dia, seringkali mengabaikan telfonnya dan jarang memberi kabar sampai dia menanyakan kabarku. Meski sebenarnya ibuku di rumah sangat cerewet, tapi kecerewetan ibuku itu yang membuatku rindu rumah. Meski dia tak pernah berhenti ngomel-ngomel dirumah, tapi omelan ibuku itu sangat aku rindukan ketika di perantauan.
Ibu, terimakasih engkau telah melahirkanku ke dunia ini
Membuatku bisa melihat dunia dan menjelajahinya
Ada doaku dalam setiap langkahmu
Aku akan baik-baik saja disini
Jangan terlalu mengkhawatirkanku
Engkaulah yang telah mengajarkanku untuk mandiri

Bekal itu sudah sangat cukup untukku disini