Jomblo story : Alonely



Ditengah sepi, sendiri dan benar-benar sendiri tapi jangan pernah menyadari bahwa sebenarnya kamu sedang sendiri. Menyadari bahwa dirimu sedang sendiri akan membawamu kedalam bagian “mellow” dalam hidupmu. Mengeluh, mengeluh dan mengeluh dengan keadaan, mengeluh di dalam kesepian dan kesendirian. Mengeluh takkan pernah menyelesaikan masalah, dengan mengeluh solusi tak bisa dating. Mengeluh sama saja menyalahkan keadaan, keadaan sebenarnya tak salah. Hanya saja yang salah adalah caramu menyikapi keadaan. Tidak ada yang menciptakan keadaan kecuali dirimu sendiri. Yang harusnya dikeluhkan adalah dirimu, kenapa bisa dengan mudah mengikuti arus, terbawa arus dan tenggelam di tengah lautan keluhan. Ada pepatah yang mengatakan, “ Hanya ikan mati yang terbawa arus”. Ikan mati ya ikan mati, dia hanyalah bangkai yang tak bisa bergerak untuk melawan arus. Sudah tidak bisa merubah keadaan, hanya bisa mengikuti derasnya arus yang menerpa. Tidak peduli menabrak batu, tidak peduli tersangkut, tidak peduli dimakan oleh binatang rendahan pemakan bangkai.
Sendiri dan mengeluhkan kesendirian bukanlah solusi untuk merubah keadaan. Keadaan takkan berubah dengan keluhan, keadaan akan berubah dengan gerakan. Gerakan perlawanan, gerakan perubahan. Sudah secara alamiah semua benda di dunia ini memiliki kemampuan untuk melawan, hukum fisika, aksi-reaksi sebenarnya tak berbeda jauh dengan melawan dan di lawan. Aksi sama saja melawan dan reaksi adalah bentuk perlawanan. Lawan kesendirianmu, lawan kesepianmu, dan lawan kehampaan dalam hidupmu.
Setiap orang memiliki cara masing-masih untuk melawan keadaannya. Melawan semua keadaan yang mengekangnya. Begitupun aku, aku punya caraku sendiri untuk melawan kesendirianku, kesepianku dan kehampaan dalam hidupku. Cara yang paling efektif untuk melawan kesendirian adalah dengan tidak merasakan sendiri. Karena ketika merasa bahwa dirimu benar-benar sendiri sangatlah menyebalkan.
Salah satu bentuk perlawanan kesendirianku adalah dengan menikmati hobiku. Seperti kebanyakan cowok, aku punya hobi dengan hal-hal yang berkaitan dengan otomotif. Mulai dari otak-atik mesin sampai ngebut-ngebutan di jalanan. Setiap cowok yang punya hobi seperti ini pasti menganggap motornya merupakan salah satu bagian terpenting dalam hidupnya, bahkan mungkin pacarnya. Cowok seperti ini lebih rela berlama-lama menunggu motornya di bengkel daripada nungguin cewek belanja di mall, lebih milih jalan dengan motor keren daripada cewek cakep. Begitupun dengan aku, seandainya aku punya pacar jika di ukur seberapa besar rasa sayang yang aku miliki dengan pacarku kemudian dibandingkan dengan seberapa besar rasa sayang dengan motorku hasilnya adalah tingkat rasa sayang ke motor sedikit lebih besar daripada sayang sama pacar. Seandainya motor sakit aku juga akan merasakan sakit, bukan sakit secara fisik tapi sakit di dalam jiwa. Seandainya cewekku sakit, aku belum tentu merasakan sakit yang sama, seandainya merasakan sakit yang sama itu bukan karena ikatan batin yang kuat tapi karena penyakitnya menular.

gambar dari lajupacu.wordpress.com


Buat para cewek yang sanggup mengalahkan rasa sayang cowok ke motornya berarti kamu benar-benar spesial buat cowok itu. Meski motor dan cowok adalah hal yang susah di pisahkan tapi cowok dan cewek adalah hal yang tak bisa di pisahkan.
Ketika Harus Memimpin

Ketika Harus Memimpin

Dulu aku pernah bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi, ingin menjadi kepala meski itu hanya kepala kucing. setidaknya itu lebih baik daripada harus menjadi ekor, ekor singa sekalipun. ketika menjadi kepala aku lebih bisa memilih jalan ku sendiri, menentukan setiap langkahku menuju tujuan dari pencarianku. meksipun hanya sebagai kepala kucing. Kucing yang hanya seekor kucing, hewan yang jinak dan tak bisa membuat seekor anjing tunduk.

Setelah sekian lama impian itu aku tulis di buku catatan hidupku, kini terwujud. aku menjadi kepala dan memang kepala kucing. meskipun jinak dan tidak terlihat berbahanya, kucing juga punya cakar, kucing juga punya taring. sejinak jinaknya kucing, dia tak pernah lupa ketajaman cakar dan runcingnya taring yang dia miliki. meski tak pernah menyerang bukan berarti dia tak bisa menyerang, meski suaranya begitu lembut dan manja bukan berarti dia tak bisa menggeram.

Meski hanya seekor kucing, dia tak pernah takut menghadapi siapapun yang menyerangnya. termasuk pemiliknya sendiri. tidak seperti anjing yang hanya nurut sama majikannya, cuma berani menggongngong menunggu majikannya datang. begitulah anjing, koar-koar walau ada masalah kecil, membesar-besarkan yang kecil menjadi besar dengan gonggonganya.

kucing itu kucing dan anjing memang anjing, kucing tidak pernah menggeram ketika ada sekelebat bayangan yang dia lihat. dia lebih memilih maju melihat siapa di balik bayangan itu daripada harus menggonggong memberitahu semua orang bahwa dia melihat bayangan. meski itu bayangannya sendiri.

anjing VS kucing, dua hewan yang sangat berbeda karakternya harus bersatu dalam satu kandang. si anjing yang suka menggonggong mencoba mnakut-nakuti sikucing dan si kucing yang dengan sangat santai menanggapi gonggongan anjing yang hanya kekedar gonggongan anjing. yang cuma bisa nggonggong tapi tak pernah berani mendekati kucing. begitulah di organisasi. pasti ada masalah di internalnya sendiri. ada yang seperti kucing dan ada yang seperti anjing.

Ketika harus memimpin, pemimpin ibarat kepala dan yang di pimpi adalah badannya. Kepala memang leih kecil daripada badan, kepala cuman ada satu tapi dia yang menggerakkan dua tangan, dua kaki dan badannya. Menjadi pemimpin itu tidaklah mudah, harus bisa menggerakkkan badan, tangan dan kaki secara sinergis untuk berjalan. harus bisa menentukan langkah kemana kaki harus melangkah. ketika kepala sakit semua badan akan sakit. tangan akan memegang kepala untuk mengetahui rasa sakitnya. tapi ketika kaki sakit, kepala juga tidak bisa menggantikan kaki untuk berjalan.