Antara kuliah, IPK dan organisasi


Kuliah, IPK, dan organisasi merupakan triangulasi yang saling berkaitan dan sama pentingnya. Kuliah kalo Cuma kuliah tanpa berorganisasi maka hasilnya kurang mendapatkan softskill yang justru di butuhkan ketika setelah kuliah. Kuliah kalo Cuma aktif di organisasi tanpa memperhatika IPk yang menjadi indicator keberhasilan kuliah juga ibarat  daging tak bertulang. Kuliah dan organisasi itu sama pentingnya ibarat smartphone dan usernya. IPK di ibaratkan sperti smartphone dan user adalah soft skill yang di dapatkan ketika berorganisasi. Secanggih apapun smartphone yang dimiliki seorang user yang tidak bisa menggunakannya maka percuma, tapi user yang ekspert dan paham dalam mengoprasikan smartphone tapi Cuma punya hape biasa aja, ya percuma dia paham mengenai pengoperasian smartphone.
Baru-baru ini saya mengikuti sebuah acara di kampus saya mengenai kehidupan seorang engineer di dunia kerja. Dari sekian pembicara yang mengisi kegiatan tersebut semuanya mengatakan bahwa ketika di dunia kerja, kepintaran bukanlah nomor satu, yang utama justru bagaimana dia mampu berkomunikasi, menyampaikan opini dan mempertahankan pendapat ketika bekerjasama dengan orang lain. Dalam kegiata yang saya ikuti ini pembicaranya berlatar belakang orang teknik, mereka menceritakan bagaimana kehidupan mereka di dunia kerja. Ada sebuah cerita yang menurut saya menarik, cerita ini adalah berdasarkan pengalaman pembicara yang berlatar belakang pendidikan teknik geologi. Ceritanya pada awal mula ketika dia bekerja di sebuah perusahaan yang bekerja di bidang minyak dan gas bumi, dia di tugaskan untuk melakukan eksplorasi migas di daerah pedalaman papua. Dalam eksplorasi ini sangat beresiko, karena daerah yang dia tuju adalah daerah yang rawan konflik, dimana orang pribumi kurang begitu suka dengan kedatang orang asing. Berdasarkan rumor yang beredar, orang pribumi ini merak memiliki senjata yang digunakan untuk melawan orang asik yang ingin memasuki dan mengusik wilayah mereka. Dalam perjalanan eksplorasi ini si geologist tadi bersama tim nya akhirnya meminta bantuan brimob dan warga local untuk menuju lokasi yang ingin di eksplorasi. Dalam kondisi ini jika tidak memiliki skill komunikasi dan attitude yang baik terus si pemandu ini tidak suka dengan attitude nya, bisa saja si geologist yang akan men survey lokasi tadi dibunuh di pedalaman hutan papua, dan si pemandu tadi bisa saja bilang kalau geologist tadi mati di makan hewan buas. Ditambah lagi kondisi warga local sana yang asing dengan alat-alat yang di bawa tim tadi yang sarat dengan teknologi, beliau menceritakan bahwa hanya untuk mengambil foto saja harus izin kepada kepala suku mereka. Karena mereka menganggap dengan mengambil foto disana mereka bisa mendapatkan bencana.

Di dalam kondisi seperti tadi ketika kita tidak bisa menjaga attitude dan sopan-santun dengan warga sana bisa saja akan membawa bahaya bagi diri sendiri. Disini pentingnya sebuah attitude dan soft skill yang tidak ada di dalam SKS, percuma kalau pinter tapi tidak bisa menggunakan kepintarannya dnegan baik, percuma kalo pinter tapi tidak bisa ngomong, percuma kalo pinter tapi tidak bisa bekerja sama. Point-point seperti itu tentang bagaimana cara menyampaikan pendapt, bekerja sama dan sebagainya tidak akan di ajarkan di dalam kelas. Melainkan harus digali sendiri dengan melalui keorganisasian, dan terjun langsung ke masyarakat.
Apa saja sih yang bisa di dapatkan di dalam organisasi?. Banyak!. Yang paling penting adalah bagimana kemampuan untuk saling bekerjasama, menyampaikan pendapat, kemampuan untuk bekerja dengan lingkungan yang tidak terduga, bekerja dibawah tekanan dan sebagainya. Dan justru ini lebih di butuhkan ketika bekerja. Apalagi untuk seorang engineer, dia tidak pernah bekerja sendiri. Bidang kerja engineer merupakan bidang kerja yang sangat kompleks, mencakup ssosial, ekonomi, politik dan budaya. Kalau nggak bisa ngomong bagaimana cara kita untuk menyampaikan argument ke rekan kerja yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Yang ada palingan crash gara-gara nggak ada korelasi yang baik antara engineer dengan anggota tim lainnya.
Terus kalo soft skill itu lebih penting ketika di dunia kerja berarti IPK nggak usah di khawatrikan dong?. IPK tentu saja penting, IPK ini ibarat kunci yang bisa membuka kemana kita akan menuju, kunci yang bisa membuat kita masuk ke dunia kerja. Kalo nggak punya kuncinya bagaimana kita bisa masuk?. Ketika melamar pekerjaan pasti aka sederet kualifikasi yang harus di penuhi, terutama untuk fresh graduate, dan IPK masuk diantaranya. IPk ini akan menjadi gambaran seberapa ahli seseorang dengan bidang yang dia ambil. Kalau IPk nya jeblok dapat mengindikasikan bahwa dia tidak memiliki komptensi yang baik di bidangnya, eits tapi jangan salah. IPK ini masih bisa di backup oleh soft skill tadi. Tapi bagaimana perusahaan bisa tau soft skill yang kita miliki, ya salah satunya melalui CV, di dalam cv ini kita bisa mencantumkan pengalaman organisasi. Dari sini perusahaan bisa menilai bagaimana kompetensinya ketika bekerjasama dengan orang lain.

Mungkin itu sharing yang bisa saya bagi mengenai kontoversi mana yang lebih penting, IPK atau organisasi. Kalau ada yang menurut anda salah bisa memberikan masukan, saran atau kritiknya kolom kometar.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

komentar
January 8, 2016 at 8:32 PM delete

Nice post po. Tata tulisnya sudah bagus namun perlu diperhatikan lagi untuk penggunaan bahasa asing. cmiiw

Reply
avatar
January 11, 2016 at 11:47 AM delete

iya nih masih perlu banyak belajar lagi, sama ngurangin rasa males buat chek masalah penulisannya.
thanks for the comment.

Reply
avatar